A’udzu billahi mina-sysyaithani-rrajim.
Bismi-llahi-rrahmani-rrahim.
Ini adalah artikel pendahuluan untuk pembahasan Membongkar Identitas Harut-Marut dan Khidhr-Ilyas. Pemahaman terhadap perbedaan antara mukjizat, keramat (karomah), sihir, dan sains ini penting untuk membantu pembaca memahami artikel yang saya sebutkan tadi. Sebab, untuk dapat mengikuti alur pembahasan, pembaca harus memahami terlebih dahulu faktor apa saja yang dapat memunculkan keajaiban. Sudah penasaran? Mari langsung kita cek TKP.
Mukjizat
Mukjizat berasal dari Bahasa Arab mu’jizah dalam bentuk tunggalnya atau mu’jizaat dalam bentuk jamaknya. Mu’jizah sendiri merupakan bentuk kata benda pelaku tunggal feminin (istilah Arabnya ism faa’il mufrad mu’annats) dari ‘ajaza yang berarti melemahkan atau melumpuhkan atau—meminjam judul lagu Agnes Monica—paralyze. Jadi, secara harfiah mu’jizah berarti sesuatu yang melemahkan. Secara semantik, mu’jizah bermakna keajaiban yang dipertunjukkan oleh nabi dan rasul Allah atas kehendak Allah untuk mematikan hujjah atau alasan-alasan orang-orang kafir dalam menolak risalahNya sekaligus untuk membuktikan bahwa nabi dan rasul yang bersangkutan memang benar-benar ditunjuk olehNya.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa mukjizat adalah suatu keajaiban yang dipertunjukkan secara sadar dan sengaja oleh nabi dan rasul Allah atas perintah dan kehendak Allah. Contoh mukjizat ada banyak sekali dan sudah mafhum oleh mayoritas muslim, seperti Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, Nabi Daud begitu mudah membuat baju besi dengan tangannya tanpa menempa, Nabi Sulaiman membangun kerajaan yang membawahi manusia, hewan, dan bahkan jin, Nabi Musa membelah laut, Nabi Isa membuat burung sungguhan dari tanah liat, dan Nabi Muhammad membacakan Al-Quran yang kontennya takkan habis dibahas hingga hari kiamat.
Keramat
Yang saya maksud dengan keramat di sini bukanlah kata sifat sebagaimana dalam keris keramat, kuburan keramat, celana dalam keramat, dan sejenisnya. Keramat di sini adalah ejaan Indonesia untuk kata Arab karamah; ejaan alternatifnya adalah karomah.
Sebagian muslim ada yang meyakini keberadaan keramat secara berlebihan sehingga menyamakannya dengan mukjizat. Banyak penganut ajaran sufisme yang meyakini bahwa guru mereka adalah wali Allah yang setiap hari Jum’at selalu melaksanakan shalat Jum’at di Makkah meskipun sehari-harinya selalu terlihat di—katakanlah—Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Sebagian lagi justru secara ekstrem menafikan keberadaan keramat. Lalu, bagaimanakah sikap yang benar?
Berdasarkan apa yang saya pahami dari Al-Quran, keramat dan mukjizat memiliki sejumlah persamaan dan perbedaan yang fundamental. Persamaannya antara lain sama-sama terjadi atas perintah dan kehendak Allah dan sama-sama terjadi pada orang yang sangat saleh sehingga derajatnya begitu tinggi di sisi Allah. Adapun perbedaannya adalah mukjizat dipertunjukkan secara sadar dan sengaja oleh nabi atau rasul yang bersangkutan sedangkan keramat terjadi begitu saja pada orang saleh yang Allah kehendaki tanpa dapat dikendalikan apalagi dipertunjukkan ulang secara sadar dan sengaja oleh orang tersebut.
Contoh keramat yang diceritakan dalam Al-Quran adalah apa yang terjadi pada Maryam bintu ‘Imran alias Bunda Maria alias Virgin Mary. Maryam as. bukanlah nabi apalagi rasul. Beliau hanyalah wanita shalihah yang sejak sebelum lahirnya telah dinadzarkan oleh ibunya, Hannah alias Anne, untuk mengkhidmatkan diri dalam ibadah kepada Allah. Lalu, apa saja keramat Maryam?
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemuinya di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, ‘Wahai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Ia dari sisi Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
(QS Ali ‘Imran: 37)
Pertama, Maryam tidak pernah kekurangan makanan meskipun sepanjang hidupnya ia hanya beribadah di dalam mihrab tanpa pernah keluar mencari makan ataupun memasak. Ini adalah keramat karena Maryam tidak mendatangkan makanannya dari langit secara sadar dan sengaja. Ia hanya menerimanya. Allah-lah yang memegang kendali penuh atas datangnya makanan itu dari sisiNya.
“Maryam berkata, ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina?’ Jibril berkata, ‘Demikianlah. Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’’”
(QS Maryam: 20-22)
Kedua, Maryam mengandung seorang anak laki-laki tanpa pernah melakukan hubungan seksual atau pembedahan apapun sebelumnya. Ini juga merupakan keramat karena terjadi begitu saja atas perintah dan kehendak Allah tanpa pernah diinginkan apalagi diusahakan secara sadar dan sengaja oleh Maryam as. sendiri. Kehamilan Maryam as. ini juga tidak dapat diulang lagi.
Demikianlah perbedaan antara keramat dan mukjizat. Orang sekelas Maryam ibunda Nabi Isa ‘alayhima-ssalam saja tidak dapat mengulang-ulang keramatnya secara sengaja, apalagi mereka yang diklaim sebagai “wali Allah”. Jangankan Maryam, para nabi dan rasul Allah saja tidak semuanya bisa mempertunjukkan mukjizat mereka berulang-ulang. Lantas, bagaimana jika ada orang yang bukan nabi ataupun rasul tapi diklaim mampu mempertunjukkan perkara ajaib berulang-ulang secara sadar dan sengaja? Hanya ada tiga kemungkinan. Kalau bukan dusta, maka pasti sihir atau sains.
Sihir
Sihir berasal dari Bahasa Arab sihir yang bermakna guna-guna, mantra, atau pesona. Padanan sihir dalam Bahasa Inggris adalah sorcery, witchcraft, dan magic (untuk membedakan dari magic sulap). Sihir yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah segala macam aksi irrasional yang dilakukan dengan cara-cara supernatural di luar mukjizat dan keramat. Sihir di sini tidak mencakup sulap yang menggunakan trik psikologis semata.
Sihir selalu dilakukan secara sadar dan sengaja dengan bantuan entitas supranatural selain Allah dan para malaikatNya. Kalian tahu siapa identitas supernatural selain Allah dan para malaikatNya itu? Ya, mereka adalah Iblis dan bala tentaranya. Contoh-contoh sihir sangat banyak di sekitar kita seperti santet, pelet, susuk, dan sejenisnya. Dalam Al-Quran, salah satu contoh sihir adalah apa yang dipertunjukkan oleh para penyihir berstatus PNS (pegawai negeri setan, bukan pegawai negeri sipil):
“Berkata Musa, ‘Silakan kamu sekalian melemparkan.’ Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa, seakan-akan merayap cepat lantaran sihir mereka.”
(QS Tha Ha: 66)
Dalam kelanjutan ayat di atas diceritakan bahwa para penyihir tersebut akhirnya menanggalkan status PNS mereka dan beralih menjadi pengikut Musa karena hebatnya mukjizat Musa yang mereka saksikan dengan mata kepala sendiri.
Sihir tidak hanya masyhur di Timur Tengah dan Indonesia saja, sobat. Sihir dapat ditemukan di hampir seluruh penjuru dunia. Di Amerika, kita mengenal sekolah sihir yang didirikan oleh Oberon. Di Jepang, kita mengenal budaya ninja yang menggunakan gulungan mantra dan segel darah sebagai sarana sihirnya. Selain di dunia nyata, sihir juga sangat popular di dunia film. Salah satu film sihir yang mampu menyihir perhatian banyak manusia di dunia adalah serial film Harry Potter.
Sihir adalah perbuatan dosa. Umat Nabi Muhammad tidak diperkenankan mempelajari ataupun mempraktikkan sihir dalam bentuk apapun. Di zaman dahulu mungkin ada Nabi Sulaiman yang memang dibantu Allah menundukkan bangsa jin untuk dipekerjakan membangun kerajaannya. Akan tetapi, itu adalah kekhususan yang diberikan Allah untuk Nabi Sulaiman saja dan tidak kepada siapapun selain beliau. Tidak ada satupun umat Muhammad yang dihalalkan menjalin kerja sama dengan jin.
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kedurhakaan.”
(QS Al-Jinn: 32)
Perlu digarisbawahi juga bahwa dalam ayat tersebut digunakan kata rahaqan yang diterjemahkan sebagai dosa dan kedurhakaan (itsman wa thughyan, menurut kitab Mufradat al-Qur’an). Akar kata rahaqan adalah rahiqa yang bermakna mengambil alih, membebani, atau menekan. Terbukti, kan? Siapapun yang menjalin kerja sama dengan jin pasti akan dikuasai dan ditekan terus-menerus. Lihat saja para korban pesugihan di sekitar kalian dan mereka yang pernah menuntut ilmu bela diri gaib, baik ilmu putih maupun ilmu hitam. Rata-rata pasti mengalami kesulitan luar biasa ketika ingin melepaskan diri dari pengaruh jinnya. Kalau ketika hidup tidak ada usaha melepaskan diri, maka biasanya si jin akan menyiksa orang tersebut menjelang kematiannya dengan alasan “harus ada yang mewarisi ilmunya”.Sains
Nah, jika keajaiban masih terjadi sedangkan sudah dipastikan bahwa performer-nya tidak punya mukjizat, keramat, ataupun sihir, makanya bisa dipastikan keajaiban tersebut adalah sains. “Keajaiban” sains kecil-kecilan sering kita temui dalam sulap-sulap amatir yang biasanya dipertunjukkan untuk menghibur anak-anak atau untuk jadi bahan pertanyaan dalam kuis-kuis terkait mata pelajaran sekolah.
Keajaiban sains yang besar pun tak kalah sering kita temui, bahkan mungkin lebih sering daripada keajaiban sains yang kecil. Smartphone, pesawat terbang, dan shinkansen merupakan contoh-contoh produk keajaiban sains. Mengapa? Andaikan kalian bisa bepergian menembus waktu dan membawa pesawat terbang ke masa 1500 tahun yang lalu di Pulau Jawa, mungkin kalian akan dipertuhankan.
Keajaiban yang murni saintifik ditampilkan dengan memanfaatkan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan dan diukur dengan sangat seksama oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Keajaiban sains tidak pernah melanggar hukum-hukum alam. Yang ada hanya mengkombinasikan pengaruh dari berbagai hukum alam agar menghasilkan sebuah pertunjukan yang sekilas tampak ajaib.
Adapun salah satu ayat yang menggambarkan adanya keajaiban sains adalah ini,
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
(QS Ar-Rahman: 33)
Yah, karena keajaiban sains sangat dekat dengan kita dan sudah disaksikan oleh semua orang di muka bumi, maka tidak perlu lagi saya jelaskan panjang lebar. Cukup sampai di sini pembahasan tentang faktor-faktor penyebab keajaiban.
Sumber : http://cypher-institute.com
Thanks for reading & sharing Subhanallah