"Ini kan cuma ucapan, nggak sampai segitunya kali"... Contoh salah satu ucapan seseorang mukmin yang ngeyel belum memahami kenapa dan bagaimana.
Sekali lagi toleransi agama itu bukan mengikuti ritual agama
lain, atau mencampurkan ritual kita dengan agama lain. Menjaga diri dari
mencampuri, membiarkan penganut agama lain sesuai keyakinan mereka, itulah
toleransi yang dicontohkan dalam islam. Bukan toleransi bila justru melanggar
aturan agama sendiri, dengan alasan menghargai pemeluk agama lain, terlalu jauh
namanya.
Toleransi harus dikembalikan pada asanya, menghargai agama
lain dari cara pandang agama kita, bukan malah ikut dan larut ke agama lain. Misalnya,
sebentar lagi, saudara kita nasrani merayakan natalan, maka biarlah itu jadi
hari raya mereka, bukan hari raya kita. Karenanya tidak perlu repot memakai
atribut natal, mengucap selamat natal, karena itu hari raya mereka, biarkan dan
hargai saja. Jangan sampai malah, karena dalih toleransi, aturan agama sendiri
dilanggar, yang ada malah maksiat, atau malah mendukung kekufuran.
Bergaul dan bermuamalah dengan siapapun manusia boleh, islam
sangat menghormati manusia, tapi akidah dan ibadah? Sendiri-sendiri. Kita tahu
bahwa akidah itu dasar keyakinan, yang diatasnya agama dibangun, termasuk
akidah nasrani saat ini, meyakini yesus itu tuhan.
Bagi nasrani, 25 desember adalah hari kelahiran 'tuhan
yesus', itu akidah mereka, maka mengucapkan selamat natal itu bagian akidah. "Yang
penting niatnya nggak gitu, hati aku masih yakin islam" | wilayah niat itu
bukan urusan kita, makanya islam menata yang terlihat.
"ini kan cuma ucapan, nggak sampai segitunya kali"
"Nah, bila hanya ucapan saja, mengapa dibela-belain?"
Aturan islam itu disusun atas 4 hal, al-qur'an, as-sunnah,
ijma sahabat dan qiyas, aturan islam bukan karena katanya atau kayaknya. Bahkan
ulama-ulama besar telah merangkum tentang hal ini, bahwa haramnya terlibat
dalam perayaan agama lain.
Ibnu qayyim al-jauziyyah mengatakan, “sebagaimana mereka (kaum musyrik) tidak
diperbolehkan menampakkan syiar-syiar mereka, maka tidak diperbolehkan pula
bagi kaum muslim menyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu serta hadir
bersama mereka. Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.” (ibnu qayyim al-jauziyyah, ahkâm ahl al-dzimmah,
juz 1. Hal. 235).
Perayaan natal jelas bagian syiar mereka, maka mengucap
selamat, beratribut natal, menghadiri acaranya, kesemuanya tidak dibolehkan.
Abdul malik bin habib, salah seorang ulama malikiyyah
menyatakan, “Mereka tidak dibantu sedikit
pun pada perayaan hari mereka. Sebab, tindakan merupakan penghormatan terhadap
kemusyrikan mreka dan membantu kekufuran mereka. Dan seharusnya para penguasa
melarang kaum muslim melakukan perbuatan tersebut. Ini adalah pendapat imam
malik dan lainnya. Dan aku tidak mengetahui perselisihan tentang hal itu.” (ibnu taimiyyah, majmu’ al-fatâwâ, juz 6 hal 110).
Abu al-qasim al-thabari mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi kaum muslim menghadiri hari
raya mereka karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan (zawr). Apabila
ahli ma’ruf bercampur dengan ahli
munkar, tanpa mengingkari mereka, maka ahli ma’ruf itu sebagaimana halnya orang yang meridhai dan
terpengaruh dengan kemunkaran itu. Maka kita takut akan turunnya murka allah
atas jama’ah mereka, yang meliputi
secara umum. Kita berlindung kepada allah dari murka-nya." (ibnu qayyim
al-jauziyyah, ahkâm ahl al-dzimmah, juz 1. Hal. 235).
Imam al-amidi dan qadli abu bakar al-khalal menyatakan,”Kaum muslim dilarang keluar
untuk menyaksikan hari raya orang-orang kafir dan musyrik.” (ibnu tamiyyah, iqtidhâ’ al-shirâth al-mustaqîm, hal.201).
Jelas semua pendapat diatas bukan pendapat yang berdasar
hawa nafsu, dan bagi kita yang mencari kebenaran, harusnya itu semua cukup. Juga
jelas sekali dalam semua pendapat itu, bahwa niat bukan jadi penilai, apapun
niatannya, terlibat hari raya agama lain itu haram. Bila nasrani mengucap
selamat lebaran, memang mereka tidak punya aturan yang mengaturnya, beda dengan
kita yang sudah lengkap semuanya. Jangan sampai alasan toleransi, kita
membahayakan akidah kita, jangan sampai dengan alasan toleransi, malah jatuh
dalam keharaman.
"Rasulullah saw jika mengiringi jenazah, tidak duduk
hingga mayit dimasukan ke liang lahat. Seorang ulama yahudi mendekat dan
berkata; 'beginilah yang kami lakukan wahai muhammad'." ubadah berkata;
"lantas rasulullah saw duduk dan bersabda: 'selisihilah mereka!' (HR Tirmidzi)
Dalam banyak hadits lain, kita mendapatkan bahwa rasulullah
selalu menyelisihi yahudi dan nasrani, baik pakaian, ibadah, juga hari raya. Maka
beratribut natal, mengucap selamat natal, itu termasuk penyerupaan yang nyata,
seharusnya kaum muslim meninggalkannya.
Renungkan, "Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka" (HR Ahmad, Abu Dawud, Thabrani)
Akhukum fillah,
-Felixsiauw
Thanks for reading & sharing Subhanallah