"Jadilah kamu orang yang mengajar, atau belajar, atau pendengar, atau pecinta (ilmu) dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima (tidak mengajar, belajar dan tidak cinta ilmu), maka kamu akan hancur."
(Hadits Riwayat Baihaqi)
Home » , , , , » Bulan Yang Ditunggu Umat Islam, Allah Ta’ala Kasih Bonus Serta Mengobral Pahala

Bulan Yang Ditunggu Umat Islam, Allah Ta’ala Kasih Bonus Serta Mengobral Pahala


Sesungguhnya bulan Ramadhan yang mulia ini adalah bulan puasa dan shalat di malam harinya. Dan bulan ini adalah bulan istimewa yang khusus untuk Al-Qur’an. Sebab, inilah bulan dimana Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia baik didunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah 2 : 185)

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam, karena Allah Ta’ala memberikan discount dan bonus besar-besaran serta mengobral pahala. Allah Ta’ala melipatgandakan pahala kebaikan yang dilakukan setiap manusia hingga 10 sampai 700 kali lipat.

Hal ini seperti hadits Nabi yang artinya:
“Semua amalan anak adam akan dilipatgandakan (balasannya), satu kebaikan akan dibalas dengan 10 sampai 700 kali lipat.” Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, sesungguhnya itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim)

Selama bulan Ramadhan kita diperintahkan untuk selalu menegakkan ketaatan kepada Allah Ta’ala, disamping melaksanakan kewajiban puasa. Banyak amal ibadah yang kita lakukan sebagai wujud menegakkan bulan Ramadhan, diantaranya yaitu shalat qiyamul lail dan membaca Al-Qur’an.
Sebagaimana yang dituliskan oleh Imam Al-Shan’any dalam kitabnya Subulus-Salam,
Menegakkan bulan Ramadhan, yaitu menegakkan malam bulan Ramadhan dengan shalat atau membaca Al-Qur’an.” (Juz II, hlm: 173)

Ketika sudah masuk pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini, semua orang setiap habis shalat ashar, shalat tarawih, dan bahkan shalat subuh, mereka akan berlomba-lomba untuk membaca Al-Qur’an dan sebanyak mungkin untuk mengkhatamkannya. Di mushola dan masjid, suara membaca Al-Qur’an silih berganti terdengar. Memang membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan berbeda ketika dibaca di sebelas bulan yang lain. Di bulan-bulan biasa ketika membaca satu huruf, kita akan diberi balasan pahala dengan sepuluh kebaikan. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Oleh sebab itu, perbanyaklah membaca Al-Qur’an itu, baik di luar shalat maupun di dalam shalat, seperti pada saat shalat tarawih. Semakin banyak jumlah ayat Al-Qur’an yang dibaca dalam shalat tarawih, maka semakin baik. Meskipun membaca surat selain Al-Fatihah di dalam shalat adalah suatu perbuatan yang bersifat anjuran atau sunnah, namun bagi setiap orang yang membaca Al-Qur’an dalam shalat tarawih, akan mendapatkan balasan pahala yang besar. Sebab satu amalan sunnah pada bulan Ramadhan, bernilai seperti satu amalan wajib di luar Ramadhan.

Membaca Al-Qur’an di luar shalat saja pahalanya besar, apalagi di dalam shalat, dan apalagi pada bulan Ramadhan, tentu Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda.
Apabila Rasulullah melaksanakan qiyam Ramadhan atau shalat tarawih, beliau memperpanjang bacaan Al-Qur’an, lebih panjang daripada shalat-shalat yang lain. Beliau pernah shalat malam pada bulan Ramadhan, di dalam shalat itu beliau membaca surat Al- Baqarah, An-Nisa dan Ali-‘lmran. Setiap kali beliau berjumpa ayat tentang ancaman, beliau berhenti sejenak untuk memohon perlindungan. (HR. Muslim, dari Hudzaifah bin Yaman)

Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari untuk mengimami shalat pada bulan Ramadhan. Mereka membaca sebanyak 200 ayat dalam satu rakaat, sehingga para sahabat bersandar (berpegangan) pada tongkat mereka, karena lama berdiri. Shalat baru selesai menjelang fajar. Disebutkan dalam satu riwayat, bahwa ada pula yang memasang tali di antara tiang-tiang masjid, kemudian mereka berpegangan pada tali tersebut.

Pernah juga Umar bin Khaththab mengumpulkan tiga orang penghafal Al-Qur’an, untuk menjadi imam shalat tarawih. Yang paling cepat bacaannya, beliau perintahkan untuk membaca 30 ayat pada setiap rakaat shalat tarawih. Yang bacaannya sedang, diperintahkan membaca 25 ayat pada setiap rakaat. Sedangkan yang paling lambat bacaannya, diperintahkan membaca 20 ayat setiap rakaat.

Pada masa tabi’in (masa setelah sahabat Nabi), biasanya kalau mereka melaksanakan shalat tarawih, mereka menghabiskan bacaan surat Al-Baqarah seluruhnya, dalam 8 rakaat shalat. Jika ada imam yang membaca seluruh surat Al-Baqarah dalam 12 rakaat, mereka beranggapan bahwa imam telah memperpendek bacaan shalatnya.

Memang, sesungguhnya jumlah ayat Al-Qur’an yang dibaca dalam shalat tarawih tidaklah harus seperti yang digambarkan di atas. Sebab kemampuan setiap orang berbeda-beda. Akan tetapi, sangatlah bagus dilakukan jika mampu melakukan seperti itu. Gambaran di atas menunjukkan bahwa betapa agungnya membaca Al- Qur’an itu pada bulan Ramadhan, apakah ketika shalat, terutama pada qiyam Ramadhan (shalat tarawih), maupun di luar shalat.

Demikian pula dengan membaca Al-Qur’an di luar shalat pada bulan Ramadhan. Di antara ulama masa lalu, ada yang mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap dua hari dalam bulan Ramadhan. Berarti selama sebulan Ramadhan, beliau mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an sebanyak 15 kali. Ada ulama, seperti An-Nakha’i yang mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an setiap tiga hari. Ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 3 hari, tapi pada 10 hari terakhir Ramadhan, ia khatam setiap hari.

Menurut sebuah riwayat, bahwa Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, di luar shalat, sebanyak 60 kali. Demikian juga yang dilakukan oleh Imam Abu Hanifah. Subhaanallah. Apabila telah datang bulan Ramadhan, maka Imam Malik menghentikan sementara kegiatan membaca hadits-hadits dan belajar kepada para ulama, lalu berkonsentrasi untuk membaca Al-Qur’an.

Demikianlah perhatian yang sangat besar diberikan oleh orang-orang shaleh, oleh para ulama terhadap Al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Begitu pula kaum Muslimin pada umumnya, meskipun jumlah mereka mengkhatamkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, masih jauh di bawah para ulama tersebut. Namun risalah singkat ini semoga bisa menjadi pemacu dan pemicu kita semua untuk semakin banyak membaca Al-Qur’an dibulan Ramadhan 1437 H ini. Wallahu a’lam…


Oleh: Ustadz Abu Raihan



Thanks for reading & sharing Subhanallah

Previous
« Prev Post

Total Pengunjung Laman

Origins Truth. Diberdayakan oleh Blogger.